Rabu, 27 Juli 2011

artikel 8 (Behind the great man there is great woman)

BEHIND THE GREAT MAN THERE IS A GREAT WOMAN
(pengalaman menarik dari Chuzaisho Morozawa-Ibaraki)
Oleh
PRANATAL HUTAJULU
(PESERTA COMPARATIVE STUDY OF JAPAN POLICE SYSTEM 2009)

            Morozawa memang sebuah nama yang mirip Maria Ozawa tetapi kenyataannya hal itu adalah dua hal yang sama sekali tidak mirip. Morozawa adalah sebuah daerah terpencil di wilayah yang dikelilingi pegunungan dan terletak sekita 50 kilometer arah utara kota Mito, prefektur Ibaraki. Di wilayah tersebut tinggallah seorang wanita yang cantik bernama Hiroko. Saya mengatakan cantik bukan karena saya mulai dilanda sakit kuning karena pada waktu itu saya berada di daerah pedesaan tetapi karena Hiroko adalah benar-benar cantik baik dari outner maupun inner beauty-nya. Hiroto tinggal disitu bukan sendirian tetapi mendampingi suaminya yaitu sergeant police Imamura, petugas chuzaisho morozawa. Hari itu Selasa 20 Oktober 2009 sesuai jadwal kami yang bertugas di PS Mito mendapat jadwal untuk melakukan observasi di chuzaisho Morozawa PS Omiya. Setelah menempuh berjalan kurang lebih dua jam dengan mobil tibalah kami di chuzaisho tersebut. Sebelumnya memang kami mendapat keterangan yang bersifat promosi dari Kepala PS Omiya yang mengatakan bahwa Chuzaisho Morozawa adalah salah satu chuzaisho yang terbaik di Omiya, petugas beserta istrinya banyak membuat kegiatan masyarakat sehingga masyarakat senang kepada mereka. Kami menanggapi dingin “promosi” tersebut karena bisanya kan memang di Indonesia “kecap selalu nomor satu”. Ketika kami memasuki chuzaisho tersebut kami langsung disambut dengan ramah oleh Sergeant Imamura selaku petugas chuzaisho dan mempersilahkan kami duduk di ruang tamu. Setelah itu muncullah sang istri Hiroko dengan senyum ramahnya menegur semua peserta. Respon terhadap kedatangan kami sangat “appreciated” dengan sibuknya dia menghidangkan berbagai aneka makanan dan minuman kepada kami tetapi sampai pada tahap ini kami merasa tidak ada yang berlebih dari istri petugas chuzaisho tersebut kecuali penampilannya yang lumayan menarik dan orangnya yang kelihatannya ramah. Setelah kami melakukan diskusi dengan petugas chuzaisho selama kurang lebih setengah jam dan akan melanjutkan dengan kegiatan patroli disinilah mulai terlihat kelebihan dari Hiroko selaku istri petugas chuzaiho. Ketika mobil kami akan keluar dari chuzaiho, Hiroko sudah siap berdiri di pinggir jalan untuk menghentikan kendaraan lain utnuk mempersilahkan kendaraan kami masuk ke jalan raya. Dirinya sama sekali tidak merasa malu atau gengsi untuk melakukan hal tersebut yang menurut pendapat sebagian kaum wanita merupakan kegiatan yang tidak cocok dengan kodrat wanita. Setelah kami melakukan patroli dan dilanjutkan tatap muka dengan tokoh masyarakat dan sukarelawan kamtibmas Morozawa di gedung pertemuan kecil semacam balai desa kami melihat Hiroko sudah ada di tempat itu dan sibuk melakukan persiapan untuk acara. Setelah menyambut kami dia terlihat menuntun salah satu peserta pertemuan yang berusia lanjut untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah acara selesaipun dirinya pula yang sibuk mengangkati kursi dan membersihkan lokasi dan menyempatkan melepas kami yang akan melanjutkan kegiatan junkai (sambang). Kegiatan junkai kami laksanakan ke beberapa rumah warga dan diakhiri dengan kunjungan ke rumah bapak Hiyama yang berprofesi selaku pengusaha pertamanan dan kembali kami mendapati Hiroko telah siap menyambut kami di tempat itu dengan senyumannya yang sangat charming. Ketika jamuan makan akan dilaksanakn, hiroko yang sibuk mengangkati makanan dari dapur dan membantu istri bapak Hiyama mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika jamuan makan berlangsung dirinya tidaklah banyak bicara tetapi selalu dengan wajah yang ekspresif merespon setiap pembicaraan yang kami lakukan antara kami dengan tuan rumah atau suaminya. Ketika jamuan makan selesai dan kami akan kembali ke chuzaisho, Hiroko kembali pulang membelakangi untuk membantu tuan rumah merapikan ruang makan. Sesampainya di chuzaisho kami kembali melakukan diskusi berkaitan denga pelaksanaan tugas dan sergeant Imamura memperlihatkan beberapa kliping Koran dan photo yang memperlihatkan kegiatan yang telah dilakukan chuzaishonya seperti memasang pohon natal di depan chuzaisho pada saat hari natal dan memasang pohon harapan pada perayaan “tanabata”. Semua itu bisa dilakukan karena kreativitas Hiroko yang pandai membuat pohon natal dan ponon harapan tanabata. Pada gambar tersebut memperlihatkan betapa ramainya chuzaisho tersebut didatangi anak-anak dan warga masyarakat lainnya sehingga media massa pun tertarik untuk meliput kegiatan tersebut. Gambar lainnya juga menunjukkan betapa aktifnya Imamura dan Hiroko dalam membantu berbagai kegiatan masyarakat. Pengalaman kami berinteraksi selama beberapa jam di chuzaisho ini mendorong kami untuk mengambil kesimpulan bahwa Imamura selaku petugas chuzaisho telah berhasil tidak saja dalam melaksanakan teknis pekerjaannya tetapi juga dalam merebut hati masyarakat sekitar. Indikatornya adalah rasa sayangnya beberapa tokoh masyarakat yang kami kunjungi kepada Imamura yang dibuktikan dari pernyataan Hiyama (pengusaha pertamanan) yang mengatakan bahwa dirinya telah mengajukan kepada kepala PS agar Imamura jangan dipindah dari chuzaisho Morozawa dan pernyataan seorang janda tua yang hidup sendirian yang mengatakan bahwa semenjak Imamura menjadi petugas chuzaisho dirinya sering dikunjungi dan situasi Morozawa menjadi aman. Untuk mengecek sejauh mana kebenaran kata “aman” tadi kami juga melakukan crosscheck data dan sepanjang tahun ini hanya terjadi 3 kasus kejahatan di wilayah Morozawa. Keberhasilan tersebut saya yakin banyak ditunjang oleh peran besar istrinya yaitu Hiroko. Peran besar yang diperlihatkan disini oleh Hiroko bukanlah peran besar untuk mendominasi atau ikut mengatur suami agar bagaimana suami melakukan tugasnya dengan baik tetapi mendukung suami dari belakang dan karena kreativitasnya maka suaminya dapat melakukan inovasi dengan melakukan kegiatan kegiatan lain diluar tugasnya dalam rangka mencairkan kebekuan pandangan dari masyarakat dalam melihat kantor polisi sebagai bagian dari birokrasi pemerintahan. Pengalaman dari morozawa ini memaksa saya untuk mengingat kembali sebuah 'english proverb' yang mengatakan “Behind the great man there is a great woman” atau dalam pepatah Jepangnya “Naijo no Kou” (kontribusi besar istri pada keberhasilan suaminya).





                                                                                                                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar