Rabu, 27 Juli 2011


JUNKAI RENRAKU
Metode Kepolisian Jepang Berbasis Masyarakat
Oleh
PRANATAL HUTAJULU
(Kasubbag Renmin Ditlantas Polda Jatim)
                                                                                                                     
 Kepolisian Jepang merupakan salah satu badan kepolisian terbaik di dunia. Bisa disebutkan terbaik karena police ratio, sarana dan prasarana yang dimilikinya bisa dibilang memenuhi standar ideal baik yang ditetapkan oleh badan PBB maupun standar umum dunia lainnya. Selain itu seluruh wilayah Jepang tercatat mempunyai tingkat kriminalitas yang relatif kecil dibanding dengan Negara lainnya di dunia. Ini tentunya menjadi salah satu catatan keberhasilan Badan Kepolisian Jepang melengkapi kemapanan sarana,prasarana dan sumber daya manusia petugasnya. Keberhasilan Kepolisian Jepang mengamankan wilayah Jepang banyak ditentukan oleh system kepolisian berbasis masyarakat yang dikenal dengan koban atau chuzaisho. Dalam rangka mendekatkan diri ke masyarakat seorang polisi di koban atau chusaizho melaksanakan junkai renraku (patroli kunjungan) merupakan salah satu tugas rutin seorang polisi Jepang khususnya yang bertugas di koban atau chuzaisho dengan mengunjungi warga di rumah yang berada di wilayah tanggung jawab tugasnya. Setiap rumah tangga setidaknya dikunjungi dua kali setahun atau dapat ditingkatkan sesuai kondisi dan pertimbangan situasi. Dalam kegiatan patroli kunjungan tersebut seorang polisi berusaha untuk bertemu dengan pemilik rumah dan mengadakan kontak dialogis dengan substansi pembicaraan terkait data warga dan keluarganya (nama, umur, pekerjaan, pendidikan, dsb) ,bagaimana situasi keamanan di rumah dan lingkungan sekitar,saran dan usul kepada polisi terkait perkembangan situasi di rumah dan lingkungannya.                         
SEJARAH DAN MANFAAT JUNKAI RENRAKU
 Menurut Walter L. Ames dalam bukunya Police and Japan community,  Junkai renraku tercatat pertama kali diterapkan oleh kepolisian Jepang pada tahun 1874. Merupakan system yang diterapkan sebelum masa perang dalam rangka pencarian informasi oleh kepolisian yang dikenal dengan nama toko chosa (survey rumah tangga). Petugas yang melaksanakan toko chosa mengunjungi warga dalam yuridiksinya dan melakukan survey wawancara terkait informasi tentang hal yang dibahas diatas ditambah informasi tambahan tentang apakah sudah menerima vaksinasi, apakah pernah terlibat kriminalitas, apakah pernah menjalani proses hukum. Warga yang menolak menjawab pertanyaan polisi akan dibawa ke koban untuk diinterogasi lebih lanjut.  Informasi yang telah dikumpulkan polisi akan dipergunakan dalam rangka pengawasan pemerintah kepada warganya atau untuk kepentingan umum seperti menunjukkan lokasi alamat. Ini menjadi salah satu kegunaan utama karena banyak jalan di Jepang pada waktu itu tidak dinamai atau tidak dilengkapi dengan papan nama jalan. Perbedaaan antara toko chosa dan junkai renraku adalah saat sekarang ini pertanyaan yang diajukan polisi lebih terbatas dan jawaban atas pertanyaan bukan sesuatu yang wajib. Petugas tidak bisa memaksa warga untuk berbagi informasi walaupun banyak masyarakat yang berpendapat bahwa mereka menjawab pertanyaan polisi tersebut secara sukarela. Data dan informasi hasil pelaksanaan junkai yang terkumpul di koban atau chuzaisho banyak mendatangkan kegunaan. Banyak penyidikan kasus kriminal oleh reserse kepolisian yang didukung oleh data dan informasi ini, seperti data siapa warga yang bekerja di malam hari. Data ini diperlukan apabila kepolisian ingin mencari orang yang berpotensi sebagai saksi mata pada kasus kriminalitas yang banyak terjadi di malam hari. Pada saat bencana dapat pula digunakan untuk mengidentifikasikan jumlah dan identitas korban seperti yang terjadi pada bencana gempa hebat di Jepang pada tahun 1994 yang memakan korban ribuan warga Jepang. Selain berbagai kegunaan yang sudah kita bahas tadi, junkai renraku juga berhasil menciptakan jalinan komunikasi dan hubungan personal antara polisi dan warga yang berada dalam wilayah kerjanya. Selain polisi yang bisa mengenal kondisi wilayahnya, wargapun bisa mengenal lebih jauh siapa polisi yang bertugas di wilayah domisili atau wilayah tempat dia bekerja, mendapatkan informasi tentang perkembangan situasi keamanan dan  tips untuk menghindar dari sasaran para kriminal. Hal tersebut berdampak pada tingginya tingkat kepercayaan masyarakat Jepang pada polisinya yang bisa tergambar dari aktivitas saluran panggilan darurat 110 yang selalu padat digunakan oleh masyarakat Jepang untuk sekedar melaporkan masalah kecil seperti kehilangan kunci rumah sampai laporan kasus pembunuhan. Kepolisian Jepang berhasil menegakkan keteraturan dan mewujudkan keamanan masyarakatnya. Resep ampuhnya ternyata bukan semata-mata disebabkan oleh sarana dan prasarana yang lengkap atau jumlah personil yang ideal tetapi ditentukan oleh metode kepolisian berbasis masyarakat seperti junkai renraku. Hal tersebut merupakan keniscayan karena Sir Robert Mark (Kepala Kepolisian Inggris tahun 1972) pernah mengatakan bahwa senjata ampuh polisi bukan terletak pada tongkat borgolnya, bukan terletak pada senjata yang tergantung di pinggangya, bukan pada water cannonnya sekalipun. Senjata ampuh polisi terletak pada simpati masyarakat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar